Tirta Jangari
Jangari adalah suatu obyek wisata Tirta yang berada pada genangan waduk Cirata yang luas
dan indah, terletak di desa Bobojong Kecamatan
Mande, Jarak dari Kota Cianjur 17 Km.
Fasilitas yang tersedia di Kecamatan Cikalong Kulon :
Rumah Makan : 7 buah
Pondok Wisata : 1 buah
Pompa BBM : 1 buah
Obyek Wisata : 1 buah
Curug Citambur
Curug ini sangat indah karena merupakan air
terjun 40 meter, air yang turun sebagian
menjadi uap dan embun sehingga lokasi sekitar
curug menjadi sejuk. Terletak di Kecamatan
Pasirkuda. Jarak dari kota Cianjur 65 Km.
Fasilitas yang tersedia di kecamatan
Pegelaran, Tanggeung dan Cibinong :
Obyek Wisata : 3 buah
Penginapan : 2 buah
Rumah Makan : 8 buah
Pantai Jayanti
Pantai yang indah dan menarik berdampingan
dengan Cagar Alam Bojonglarang dan pelabuhan
nelayan. Pantai ini masih alami dengan ombak yang indah dan angin bertiup perlahan-lahan menambah nyamannya berekreasi dipantai
Jayanti. Terletak di kecamatan Cidaun. Jarak
dari Kota Cianjur 139 Km.
Fasilitas Yang tersedia di Kecamatan Cidaun :
Pondok Wisata : 3 buah
Rumah Makan : 3 buah
Obyek Wisata : 4 buah
Kebun Raya Cibodas
terletak di desa Rarahan,
Cimacan, Cianjur. Jaraknya sekitar 85 km dari
Jakarta. Atau, sekitar 90 menit perjalnaan
melalui jalan raya Bogor-Puncak-Cianjur. Dari
pinggir jalan raya kita masih harus berjalan
atau menaiki kendaraan kurang lebih 4 km lagi
untuk tiba di sana. Kebun yang letaknya di
ketinggian 1.500 m ini berhawa sejuk, 18
derajat celcius.
Konon, pembukaan Kebun Raya Cibodas terkait
dengan sejarah masuknya kina di Indonesia.
Pada awalnya, ahli botani Belanda Johannes
Elias Teysmann menyiapkan lahan yang kini
Kebun Raya Cibodas itu untuk perkebunan kina.
Tapi tanah di Cibodas tidak cocok untuk pohon
kina.
Bibit pohon kina yang dibawa dari negeri
Belanda tiba di Batavia pada 11 April 1852 yang
dijadikan hari lahirnya Kebun Raya Cibodas.
Untuk informasi lebih detail klik
web site kota cianjur
Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang di kampung Gunung Padang dan Kampung
Panggulan,
Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur,
merupakan situs megalitik berbentuk punden
berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini
mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar
900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang
lebih sekitar 3 ha.
Keberadaan situs ini peratama kali muncul
dalam laporan Rapporten van de oudheid-
kundigen Dienst (ROD), tahun 1914,
selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949.
pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal
pembinaan dan penelitian benda cagar budaya
yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh
ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan
peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu
upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang
mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis,
historis, geologis dan lainnya.
Bentuk bangunan punden berundaknya
mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti
besar dan lithos artinya batu) seperti banyak
dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat.
Situs Gunung Padang yang terletak 50
kilometer dari Cianjur konon merupakan situs
megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di
kalangan masyarakat setempat, situs tersebut
dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi
membangun istana dalam semalam.
Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha
mengumpulkan balok-balok batu yang hanya
terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya
lebih cepat berlalu. Di ufuk timur semburat
fajar telah menggagalkan usaha kerasnya,
maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-
batunya ia biarkan berserakan di atas bukit
yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang
artinya terang.
Punden berundak Gunung Padang, dibangun
dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk
persegi panjang.
Bangunannya terdiri dari lima teras dengan
ukuran berbeda-beda. Batu-batu itu sama
sekali belum mengalami sentuhan tangan
manusia dalam arti, belum dikerjakan atau
dibentuk oleh tangan manusia.
Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang.
Penduduk setempat menjuluki beberapa batu
yang terletak di teras-teras itu dengan nama-
nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut
meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang
Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang
Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias
Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh
Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fukor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar